Sekarang ini banyak sekali wanita yang lebih memilih untuk melakukan persalinan secaraoperasi caesarjika dibandingkan dengan melakukan persalinan secara normal, namun yang perlu anda ketahui terdapat bahaya besar yang dapat mengancam anda jika anda tidak mengetahui cara yang baik dan benar untuk merawat luka bekas proses operasi caesar. Meskipun melakukan persalinan dengan cara operasi caesar ini lebih cepat namun tidak dengan rasa sakit yang dirasakan ketika melahirkan secara normal. Proses penyembuhan pasca melakukan operasi caesar ini sangat lama dibandingkanpersalinan normal. Waktu normal untuk menyembuhkan luka bekas operasi caesar ini kurang lebih 3 minggu sampai 4 minggu, namun hal ini masih bisa saja lebih. Yang perlu anda pikirkan ialah bagaimana cara yang baik dan juga benar ketika merawat luka bekas operasi ini, karena jika tidak hal ini dapat mengakibatkan infeksi yang dapat memperpanjang masa penyembuhan.
Sumber :Cara Mudah dan Aman Merawat Bekas Operasi Caesar - Bidanku.comhttp://bidanku.com/cara-mudah-dan-aman-merawat-bekas-operasi-caesar#ixzz3QBYZg9gU
http://downloads.ziddu.com/download/24340724/Perawatan-luka-operasi.docx.html
Rabu, 28 Januari 2015
modul asuhan kebidanan nifas
Ruang Lingkup Praktik Kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan dalam menjalankan praktikan yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan.
Praktek Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terhadap terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.
Meliputi : Asuhan mandiri / otonomi pada anak wanita, remaja putri dan wanita dewasa sebelum dan selama kehamilan dan selanjutnya.
· Definisi secara umum : Ruang Lingkup Praktek Kebidanan dapat diartikan sebagai luas area praktek dari suatu profesi.
· Definisi secara khusus : Ruang Lingkup Praktek Kebidanan digunakan untuk menentukan apa yang boleh/tidak boleh dilakukan oleh seorang bidan.
· Ruang Lingkup Praktek Kebidanan menurut ICM dan IBI
Ruang Lingkup Praktek Kebidanan meliputi asuhan :
a. Asuhan mandiri (otonomi) pada anak perempuan, remaja putri dan wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.
b. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat BBL.
c. Pengawasan pada kesmas di posyandu (tindak pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat termasuk: (persiapan menjadi orang tua, menentukan KB, mendeteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi).
d. Konsultasi dan rujukan.
e. Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada pertolongan medis.
Rabu, 21 Januari 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu
intervensi kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga
dan masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia.
Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam tekhnologi
kontrasepsi, misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada
pil kombinasi, atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonorgestrel.
Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode
kontrasepsi yang lebih aman dan efektif. Salah satu alat kontrasepsi yang akan
di bahas pada makalah ini adalah tentang IUD / AKDR ( alat kontrasepsi dalam
rahim ).
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya
adalah:
- Apa pengertian kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)?
- Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?
- Bagaimana cara kerja IUD?
- Apa saja Keuntungan dan Kerugian IUD?
- Apa indikasi dan kontara indikasi KB IUD?
- Bagaimana cara pemasangan IUD?
C.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
- Mengetahui pengertian kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)?
- Mengetahui jenis-jenis kontrasepsi IUD?
- Mengetahui bagaimana cara kerja IUD?
- mengetahui Keuntungan dan Kerugian IUD?
- mengetahui indikasi dan kontara indikasi KB IUD?
- mengetahui cara pemasangan IUD?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
- IUD (Spiral) adalah Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan. (BKKBN, 2003).
- IUD (intrauterine device) yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
- AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009)
- Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat kontrasepsi IUD mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN, 2003).
D. Jenis-jenis
Jenis
IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga
halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009)
2.
Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
(Imbarwati,
2009)
- Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas
ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Imbarwati,
2009)
- Lippes loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf
S bersambung. Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari AKDR/IUD jenis ini
adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat dari bahan plastik
(Maryani, 2004).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan
sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan
spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur
tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon
(dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan
partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon
progestin
(Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah
kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron)
hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat
(ILUNI FKUI, 2010)
C. Cara kerja IUD
Cara
kerja kontrasepasi spiral yaitu:
1.
Menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii
2.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum
ovum mencapai kavum uteri
3.
AKDR bekerja terutama mencegah
sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).
D.
Keuntungan
1.
Efektivitasnya
tinggi ® 0,6 – 0,8
kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan.
2.
Dapat efektif
segera setelah pemasangan.
3.
Metode jangka panjang (10 th).
4.
Sangat efektif
(tidak perlu mengingat-ingat).
5.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6.
Tidak ada efek
samping hormonal.
7.
Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8.
Dapat dipasang
segera setelah melhirkan/sesudah abortus.
9.
Dapat digubakan
sampai dengan menopause.
10. Tidak ada
interaksi dengan obat-obat.
11.
Membantu mencegah kehamilan ektopik.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. 2010. hal : MK-75)
E.
Kerugian
- Efek samping yang umum terjadi :
·
Perubahan siklus haid. (umumnya pada
3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
·
Haid lebih lama dan banyak.
·
Perdarahan antar menstruasi
(spotting).
·
Saat haid lebih sakit.
- Komplikasi lain
·
Merasa sakit dan kejang selama 3
sampai 5 hari setelah pemasangan
·
Perdarahan berat pada waktu haid
atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
·
Perforasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangan benar)
- Tidak mencegah IMS.
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan yang sering bergantian pasangan.
- Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
- Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
- Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
- Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR
- Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
- Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
- Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. 2010. hal : MK-75)
F.
Indikasi
- Usia reproduktif
- Keadaan nulipara
- Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
- Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
- Risiko rendah dari IMS
- Tidak menghendaki metoda hormonal
- Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
- Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
- Perokok
- Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terluhat adanya infeksi
- Gemuk ataupun kurus
- Penderita tumor jinak payudara
- Penderita kanker payudara
- Pusing-pusing, sakit kepala
- Tekanan darah tinggi
- Varises di tungkai atau di vulva
- Diabetes
- Setelah kehamilan ektopik
G. Kontra indikasi
Yang
tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1. Sedang hamil
2. Perdarahan vagina yang tidak
diketahui
3. Sedang menderita infeksi alat
genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami
atau sering menderita PRP atau abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal
atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
H.
Waktu Penggunaan
1.
Setiap waktu
dalam siklus haid (dipastikan tidak hamil).
2.
Hari 1 – 7 siklus haid.
3.
Segera setelah
melahirkan, (48 jam pertama/ 1 bulan pasca salin).
4.
Setelah
menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi
5.
Selama 1 – 5
hari setelah senggama tidak terlindungi.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. 2010. hal : MK-80)
I. Petunjuk Bagi Klien
- Kembali memeriksakan diri setelah 4 – 6 minggu pasca pemasangan AKDR.
- Selama 1 bulan pertama penggunaan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid
- Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
·
Kram/kejang
perut bagian bawah.
·
Perdarahan (spotting)
diantara haid/setelah senggama.
·
Nyeri setelah senggama atau apabila
pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual
- Masa copper T 380A perlu dilepas 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan
- Kembali ke klinik apabila:
·
Tidak dapat
meraba benang AKDR.
·
Merasakan
bagian keras dari AKDR.
·
Adanya infeksi.
·
AKDR terlepas.
·
Siklus terganggu.
·
Terjadi pengeluaran cairan dari
vagina yang mencurigakan
(Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-80)
J. Pemasangan IUD
Prosedur sebelum pemasangan
1. Lakukan prosedur asepsis secara
ketat selama pemasangan .
2. Lihatlah serviks dengan speculum dan
bersihkan dengan larutan antiseptic . Pegang bibir anterior dengan tenakulum .
Menarik tenakulum dengan hati-hati mengurangi sudut antara kanalis servikalis
dan rongga uterus dan memudahkan pemasangan sonda uterus. Tenakulum harus tetap
terpasang sealama memasang Nova T supaya serviks tetap tertarik.
3. Masukkan sonda uterus melalui
kanalis serviks ke dalam rongga uterus sampai mencapai fundus. Setelah
menentukan arah serta panjang kanalis servikalis dan rongga uterus, siapkan
Nova T untuk dipasang.
4. Lakukan pemasangan sesuai langkah
1-6.
Pemasangan
Langkah 1
Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan .
Pegang kedua ujung benang dan tarik alat secara hati-hati
kedalam tabung insersi sampai knop di ujung lengan horizontal menutupi
lubang tabung. Knop tidak perlu ditarik ke dalam tabung. Benang bisa putus
kalaau ditarik terlalu keras.
Langkah 2
Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan,
tarik tabung insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat
dari sonda uterus.
Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan,
masukkan plunger (alat penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini untuk memastikan
bahwa benang tidak tertekan pada alat oleh plunger.
Sebelum dipasang, tabungg dapat ditekuk untuk disesuaikan
dengan posisi uterus. Tetukan harus dilakukan ketika alat masih berada dalam
kemasan steril setelah memasukkan plunger kedalam tabung insersi.
Langkah 3
Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan
membuka di dalam uterus.
Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan .
Masukkan tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis
servikalis sampai flens menyentuh os servikal.
Langkah 4
Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan
erat dan lepaskan lengan horizontal dari alat dengan menarik tabung insersi ke
bawah sampai ujungnya menyentuh bagian yang kasar.
Jarak antara flens dan os servikal sekarang sekitar
1,5 cm.
Langkah 5
Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat
secara hati- hati sampai flens menyentuh os servikal lagi.
Langkah 6
Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung
insersi seluruhnya dengan menarik tabung ke bawah sampai cincin dari plunger.
Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama
lepaskan plunger sambil terus menahan tabung insersi, kemudian keluakan tabung
insersi.
Gunting
benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks.
K. Cara pelepasan IUD
- Petugas harus siap ditempat
- Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
- Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
- Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
·
Meja dengan alas duk steril.
·
Sarung tangan kanan dan kiri
·
Lidi kapas, kapas first aid
secukupnya.
·
Cocor bebek / speculum
·
Tampon tang
·
Tutup duk steril
·
Bengkok
·
Lampu
·
Timbangan berat badan
·
Tensimeter
·
Stetoskop
Langkah-langkah
:
1. Memberi penjelasan kepada calon
peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum,
keluarga, media dan kebidanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan umum
meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Mempersilakan calon peserta untuk
berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6. Bersihkan vagina dengan Lysol
7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk
menentukan keadaan dan posisi uterus.
8. Pasang speculum sym.
9. Mencari benang IUD kemudian dilepas
dengan tampon tang
10. Setelah IUD berhasil dilepas,
alat-alat dibereskan
11. Pasien dirapikan kembali
12. Memberi penjelasan kepada peserta
gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan
harus control
13. Menyerahkan nota pelayanan dan
menerima pembayaran sesuai dengan nota
14. Mencatat data pelayanan dalam kartu
dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik
(Imbarwati, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kesimpulan umum yang dapat diambil
tentang AKDR/IUD adalah sebagai berikut :
· AKDR merupakan alat kontrasepsi
modern
· AKDR merupakan alat kontrasepsi
jangka panjang
· AKDR bekerja langsung efektif segera
setelah pemasangan yang benar
· AKDR dapat keluar dari uterus secara
spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama
· Kemungkinan terjadi perdarahan atau
spoting beberapa hari setelah pemasangan
· Perdarahan menstruasi biasanya akan
lebih banyak dan lama
· AKDR tidak melindungi diri terhadap
IMS termasuk Virus AIDS
B. Saran
Bila Anda ingin menghentikan pemakaian spiral, segera
kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya, atau yang terlatih. Jangan mencoba
mencopot spiral sendiri di rumah.
Langganan:
Postingan (Atom)